NENI YULIANTI PUISI MEDIA INDONESIA 7 OKTOBER 2018 (Penjual Tawa dan Kunang-kunang, Bulan dan Bayangan, Angin September, Setetes Embun, Mata yang Bersuara, Hidup, dan Tumbuh)


PUISI NENI YULIANTI DI MEDIA INDONESIA TAHUN 2018


TUMBUH
Karya Neni Yulianti


Ada yang tumbuh di kepalamu
di pangkal malam setia menemani tidurmu
ia tak bersuara
mengelilingi hari yang kian berdenyut
hinggap dan enggan menanggalkan semua yang didendangkan rembulan.

Ada yang tumbuh di jantungmu
berdetak
mengikuti darah yang berjalan di suatu pagi dengan banyak tanya
"Apakah Tuhan sudah menghidupkan semua pohon di tubuh?"

Ada yang tumbuh di matamu
sebiru laut
merentangkan semua lanskap
yang disediakan Tuhan
lindap di kantung hari yang dikeringkan matahari.

Ada yang tumbuh di kakimu
berjalan mengikuti desir angin
terkadang pincang
hanya mengandalkan awan.

Semua yang tumbuh di tubuhmu
adalah rumah
tempat segala tubuhku bermukim
pada serbuk cahaya yang dikirimkan
Tuhan di segala musim.

Cirebon, 13 September 2018.

HIDUP
Karya Neni Yulianti


Di tubuhnya sungai terbaring
bersama angin menghitung usia kian merambat
di antara rimbunan puisi- tak pernah mati
hidup pada akar hayat, sekedar pengelana
sejenak singgah dan khusuk pada kembara
menunggu pagi terbit
juga senja berwarna saga
saling membagikan potongan kisah
dalam cangkir tualang paling tabah.

Cirebon, 25 September 2018.

ANGIN SEPTEMBER
Karya Neni Yulianti

Angin September
menghantam langit
biji kalender berjatuhan
dalam kota kering.

Angin September
menyapu sekujur tubuh
tunas gerimis tumbuh
dan Tuhan sedang tidak ingin
bermain-main.

Cirebon, 26 September 2018.

MATA YANG BERSUARA
Karya Neni Yulianti


Sungguh tak dapat kukantongi huruf-huruf
yang jatuh dari mulutku
saat kulihat keagungan-Mu mencipta segala warna
dengan bait cinta paling suci
hanya zikir kulantunkan kepada-Mu
di sela-sela jantungku segala napas merekat dan berakar
menjalar di tunas kehidupan
tunduk dan merenung :
"Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"

Cirebon, 26 September 2018.



BULAN DAN BAYANGAN
Karya Neni Yulianti


Zha...
Izinkan aku menari dengan bulan dan bayangan
di pucuk malam bersama selimut tebal
di bawahnya mengalir sungai kehidupan.

Ketika matahari tercelup di kolam
adalah separuh tubuhku hinggap di haluan dan sisanya hilang bersama anai.
Tidak. Tidak kubiarkan hari-hari gigil
awan menangis
ataupun
lidah ombak kembali menjilat pasir.

Zha... itukah kau?
Ah, ilalang masih saja gersang
ketika tangan waktu memotong suaramu
dari tatapan yang terbuang
dan segalanya menjadi remang
dalam percakapan bulan dan bayangan
kau masih saja mengigau.

Cirebon, 13 Juli 2018.



SETETES EMBUN
Karya Neni Yulianti


Jika aku mampu menangkup setetes embun pada cangkirku
adalah taring waktu yang semakin meruncing
menunggu pohon awan begitu lengang
dan jambu muda yang telah lama diperam oleh garis tangan
cerukannya tersesap mengikuti hulu
berkelok
di bawah jembatan batu
adalah titih yang berhamburan di udara
jika dinding jiwa lembab
dan terkulai mati pada  trembesi.

Cirebon, 9 September 2018.

PENJUAL TAWA DAN KUNANG-KUNANG
Karya Neni Yulianti

Di telapak tanganku, ada yang telah menuliskan takdir
kisah seorang penjual tawa dan sekelompok kunang-kunang dalam botol
yang selalu ia bawa ke mana-mana
untuk ditawarkan dengan selendang bidadari.

Suatu hari penjual tawa meletakkan mahkota di kepalanya
lalu- ditumbuhkan bunga melati di matanya
tempat kunang-kunang berteduh dan membawa dendam rindu
pada ranting-ranting waktu.

Kunang-kunang pengantar tidur bermandikan cahaya bulan
diselipkan satu persatu dalam selendang
berderailah senyum dari wajah pualam
sebab pohon hikayat telah terdedah
dari epitaf cinta yang terbelah.

Cirebon, 26 September 2018.










BIODATA PENULIS:

NENI YULIANTI lahir dan dibesarkan di Kota Cirebon. Anggota komunitas Dapur Sastra Jakarta (DSJ) dan Forum Lingkar Pena (FLP) Jabar. Beberapa karyanya telah masuk dalam  antologi buku tunggal Sang Sajak Tepi (Cbk Publishing 2017) dan antologi bersama Penyair Nusantara di antaranya (Hikayat Secangkir Robusta) Krakatau Award 2017 Provinsi Lampung, (Jejak di Bumi Raflesia) Festival Sastra Bengkulu 2018, (Senyuman Lembah Ijen) Kemah Sastra Nasional Banyuwangi 2018, (Kunanti di Kampar Kiri) HPI Provinsi Riau 2018, (Gema Membelah Gema) GAPENA KE- 20 Malaysia, (Merekat Retak Cermin Nusantara) Pertemuan Sastrawan Nusantara Sabah Malaysia 2018, (Skyful of Rain)  Banjarbaru's Rainy Day Festival 2018, (Bulu Waktu)  Sastra Reboan 3, Tifa Penyair 4, (Sebutir Garam di Secangkir Gelas) Teras Budaya 2018 Dapur Sastra Jakarta, (Puisi untuk Lombok)  Redaksi Apajake, dan (Epitaf Kota Hujan) Temu Penyair Asia Tenggara PadangPanjang 2018.

Akun Social Media Neni Yulianti:
https://linktr.ee/NeniYulianti




                         


Comments

Popular posts from this blog

RIRI SATRIA DALAM BUKU SATRIA SETENGAH ABAD PERJALANAN SANG POLYMATH

Install dan Mengaktifkan Bandicam Tanpa Watermark

NENI YULIANTI PUISI BANGKA POS (Anak-Anak Puisi)