BAHASA PEREMPUAN
Oleh Neni Yulianti Entah, berapa banyak butir noda pada cermin itu rautnya menjelaga meninggalkan jejak hingga limbungkan kekata. Terlalu pagi sungai mengering sebab api yang keluar dari celah kemarau kobarkan ilalang asapnya mengudara memekat di cekungan langit. Angin Gunung yang dulu berembus memberi sampan untuk berdayung tawarkan sejuta harap pada anak-anak Puisi perlahan sejukan irama hati namun purnama kesekian kabarnya mengabut sesatkan mata angin. Biarkan saja! Pisau waktu merobek lembaran kenang Di sini, aku tetap menanam harap pada Tuhan "Air mata perempuan dan kekuatan" rasa dituangkan di pasir, beranda, atau pintu hati dan berkata pada bebatuan " Teduhkan dan pertemukan dengan mata biru". Berkali-kali mencoba taklukan ombak yang terjangannya tak pernah diam agar tak ada lagi harga yang tergadaikan oleh tangan tangan kotor, perusak jiwa sebab bahasa perempuan sejatinya tetap lembut dalam pelita iman. Cirebon...