Posts

Showing posts from 2019

NENI YULIANTI PUISI BANGKA POS (Anak-Anak Puisi)

Image
Puisi Lama...  Bangka Pos 15 September 2019.  Terima Kasih atas infonya Miftachur Rozak dari Sastra Minggu..   ANAK-ANAK PUISI Karya Neni Yulianti Kukawinkan kata-kata bertabur bunga di sela udara menghidupkan gairah tumbuh dalam rahim puisi.  Tanpa ibu puisi, aku tak berbiak sebab ibu selalu mendongeng hikayat tentang kegagahan matahari  yang dipikul bapak. Malam pengantin menjadi permata dengan mahar yang disulam kata-kata  cukup air tebu diteteskan di ujung kalimat hingga terasa nikmat; sangat memikat.  Tunai sudah perjamuan sukma yang dimurnikan ribuan cahaya kemudian anak-anak puisi terlahir sebagai perjalanan takdir  sepasang jiwa bebas terbang bersama sayap cinta ampuh mengobati luka segala duka. Cirebon, 18 Agustus  2019. Puisi Neni Yulianti Bangka Pos 15 Desember 2019. Akun Social Media Neni Yulianti: https://linktr.ee/NeniYulianti

NENI YULIANTI PENYAIR CIREBON

Image
NENI YULIANTI lahir dan dibesarkan di Kota Cirebon, 20 Juli 1987.  Bekerja di perusahaan swasta di bidang Instalatir dan Kontraktor Listrik. Pendiri di Komunitas Jagat Sastra Milenial (JSM) dan Kelas Menulis Puisi Cirebon, Anggota Kelas Puisi Bekasi, Majlis Kendi Pertula, Tungku Sastra, Komunitas Negeri Poci, Forum Lingkar Pena (FLP) Cirebon Jabar.  Berbagai karyanya telah masuk dalam antologi buku tunggal Sang Sajak Tepi (Cbk Publishing 2017), Kelana (Teras Budaya Jakarta 2020) dan antologi bersama Penyair Asia Tenggara di antaranya Hikayat Secangkir Robusta Nominator (Krakatau Award 2017 Dinas Pariwisata Provinsi Lampung), Swara Masnuna (Nominator Krakatau Award 2019 Dinas Pariwisata Provinsi Lampung), Nominator Majalah Simalaba 2017, Jejak Cinta di Bumi Raflesia (Festival Sastra Bengkulu 2018), Senyuman Lembah Ijen (Kemah Sastra Nasional Banyuwangi 2018), Kunanti di Kampar Kiri ( HPI Provinsi Riau 2018), Gema Membelah Gema (Gabungan Penulis Nasional/GAPENA KE- 20 Malaysia 2018),

NENI YULIANTI, PUISI FAJAR CIREBON 30 MARET 2019 (Anak-anak Batu)

Image
ANAK-ANAK BATU Karya Neni Yulianti Sungguh ngilu mataku, ketika ibu melahirkan batu-batu bunga api tersulam dari tangan-tangan kotor mengoyak lambung ibu mempreteli rahang dan mengeruk jeroannya hingga berlendir. Nasib ibu kini lumpuh 34 tanah ingatan di sepanjang khatulistiwa menaburkan serpihan cermin retak  di permukaan menjelma sungai pembatas di antara plural dan anti plural. Anak-anak batu busungkan dada memamerkan lalu memajangnya di etalase kota-kota dunia "ini ibu kami dengan sejuta pesona, siapa pun boleh menyentuhnya" mereka lupa, anak-anak batu diperdaya sejak berabad-abad dipeluk budaya kolonial asing hingga tumbuh egosentris di tubuh dan saling palingkan wajah. Perlahan bulu garuda rontok tersengat matahari aku bergeming, lalu bertanya pada angin "siapa yang pecahkan cermin?" Entah, "apa karena mereka lupa jika terlahir sungsang?" hujan tumpah di rahim bumi. Cirebon, 14 Desember 2017. (Fajar Cirebon Januari 20

ARAKUNDOE DALAM PUISI PILO POLY

Image
ARAKUNDOE ALBUM PUISI PILO POLY YANG KAYA DENGAN SEJARAH DAN BUDAYA INDONESIA, SERTA ROMANTISME TERHADAP TUHAN DAN MANUSIA. Oleh Neni Yulianti (Cirebon) Membaca puisi Arakundoe dalam album puisi Pilo Poly sangat membuat saya tertarik dengan melihat judulnya yang unik "Arakundoe", saya lantas googling apa itu Arakundoe yang memang saya sendiri masih awam dengan judul tersebut. Ternyata Arakundoe adalah sebuah peristiwa pembantaian sipil yang dilakukan oleh aparat keamanan yang terjadi pada tanggal 4 Februari 1999 di Idi Cut, Aceh, Indonesia yang telah menewaskan 7 orang dan melukai ratusan orang lainnya dan jenazah korban tersebut telah diceburkan di sungai yang bernama Arakundoe. ARAKUNDOE Yang tak berhenti, adalah bunyi suara malam di Arakundoe. Malam keluar dari dirinya sendiri, ingin Menjelma menjadi yang lain, yang mampu menenangkan Betapa risaunya magrib menyambut kengerian Sungai-sungai juga buru-buru keluar dari ceruk lumpur, tempat aduh dan deraja

NENI YULIANTI PUISI FAJAR CIREBON 23 MARET 2018 (Garam di Matanya)

Image
PUISI NENI YULIANTI FAJAR CIREBON, 23 MARET 2018 GARAM DI MATANYA Karya Neni Yulianti Ia menumbuk garam di matanya di sudut dapur menggenggam sekepul asap lalu diluruhkan sejuta bunga api yang lindap  rumput liar pun terbakar dan daun kaca pun bergetar Ia melihat dari dua sisi  tentang matahari yang tercelup  atau sekumpulan diorama bercengkerama  pada lontaran usang ini hanyalah angin yang berderit sekedar lolongan di bawah langit Ia mengunyah mimpi dengan aroma legam di tubuhnya Kini, pisau waktu lamat-lamat mengiris hari dengan ranah tak bernada Ya, di balik pintu itu Ia tetap menumbuk garam di matanya.  Cirebon, 31 Maret 2018. Akun Social Media Neni Yulianti: https://linktr.ee/NeniYulianti

NENI YULIANTI PUISI FAJAR CIREBON 2 MARET 2019 PEREMPUAN HUJAN MERINDUKAN BULAN

Image
Puisi Neni Yulianti di Fajar Cirebon tahun 2019. Akun Social Media Neni Yulianti: https://linktr.ee/NeniYulianti

NENI YULIANTI DAN FORUM LINGKAR PENA JAWA BARAT

Image
NENI YULIANTI bersama Pimpinan Redaksi Fajar Cirebon dan Pengurus FLP Jawa Barat pada tahun 2019. Akun Social Media Neni Yulianti: https://linktr.ee/NeniYulianti

NENI YULIANTI, PUISI FAJAR CIREBON 2 FEBRUARI 2019

Image
PUISI NENI YULIANTI DI FAJAR CIREBON TAHUN 2019 Akun Social Media Neni Yulianti: https://linktr.ee/NeniYulianti

PUISI KARYA NENI YULIANTI

Image
PUISI NENI YULIANTI HARIAN UMUM FAJAR CIREBON EDISI 26 JANUARI 2019. Akun Social Media Neni Yulianti: https://linktr.ee/NeniYulianti

NENI YULIANTI, PUISI DALAM KORAN CAKRA INDRAMAYU (MUNAJAT PERAWAN SUNTI, BULAN PUTIH, SEBELUM AKU PERGI)

Image
PUISI NENI YULIANTI DI CAKRA BANGSA TAHUN 2018 MUNAJAT PERAWAN SUNTI Karya Neni Yulianti Di gigir tambak udang, ia mensesap udara dingin bercampur asin  didekap debu penuh kelesik sambil menimang cahaya karam di ujung sabit doa doa dilebur pada matanya yang kuyup.  Angin bertiup dari langit rendah, menyapa kapal pewaris keringat bapaknya di tujuh mata air Gunung Jati, ibu-ibu memandikan perawannya "Kau harus suci benar, sebelum malam menjelmakanmu ratu." "Kupas biji padi lewat bibirmu dan pisahkan dari satu ke lainnya." Imbuhnya. Tak ada jawab tapi angin mulai terkendali malam Mulud di ujung purnama sesaji dihidangkan bersama bulir padi Perawan Sunti sekuning warna tubuhnya yang jelita kerak pewaris darah tanah Caruban seperti hujan mata tombak menuju  pemberkatan Gong Sekati. Bila waktu menjadikan mahkotamu adalah pengabdian yang merayap ke hulu kota di mana perih dan sesungging senyum kau timang dalam keropak tua yang berjejer di lumbung sejarah. Cirebon, 26 Mei

NENI YULIANTI, FAJAR CIREBON 12 JANUARI 2019

Image
PUISI NENI YULIANTI DI FAJAR CIREBON Akun Social Media Neni Yulianti: https://linktr.ee/NeniYulianti

NENI YULIANTI PUISI MEDIA INDONESIA 7 OKTOBER 2018 (Penjual Tawa dan Kunang-kunang, Bulan dan Bayangan, Angin September, Setetes Embun, Mata yang Bersuara, Hidup, dan Tumbuh)

Image
PUISI NENI YULIANTI DI MEDIA INDONESIA TAHUN 2018 TUMBUH Karya Neni Yulianti Ada yang tumbuh di kepalamu di pangkal malam setia menemani tidurmu ia tak bersuara mengelilingi hari yang kian berdenyut hinggap dan enggan menanggalkan semua yang didendangkan rembulan. Ada yang tumbuh di jantungmu berdetak mengikuti darah yang berjalan di suatu pagi dengan banyak tanya "Apakah Tuhan sudah menghidupkan semua pohon di tubuh?" Ada yang tumbuh di matamu sebiru laut merentangkan semua lanskap yang disediakan Tuhan lindap di kantung hari yang dikeringkan matahari. Ada yang tumbuh di kakimu berjalan mengikuti desir angin terkadang pincang hanya mengandalkan awan. Semua yang tumbuh di tubuhmu adalah rumah tempat segala tubuhku bermukim pada serbuk cahaya yang dikirimkan Tuhan di segala musim. Cirebon, 13 September 2018. HIDUP Karya Neni Yulianti Di tubuhnya sungai terbaring bersama angin menghitung usia kian merambat di antara rimbunan puisi-