BAHASA PEREMPUAN

Oleh Neni Yulianti


Entah, berapa banyak butir noda pada cermin itu
rautnya menjelaga
meninggalkan jejak
hingga limbungkan kekata.
Terlalu pagi
sungai mengering
sebab
api yang keluar dari celah kemarau
kobarkan ilalang
asapnya mengudara
memekat di cekungan langit.
Angin Gunung yang dulu berembus
memberi sampan untuk berdayung
tawarkan sejuta harap pada anak-anak Puisi
perlahan sejukan irama hati
namun purnama kesekian
kabarnya mengabut
sesatkan mata angin.
Biarkan saja!
Pisau waktu merobek lembaran kenang
Di sini, aku tetap menanam harap pada Tuhan
"Air mata perempuan dan kekuatan"
rasa dituangkan di pasir, beranda, atau pintu hati
dan berkata pada bebatuan
" Teduhkan dan pertemukan dengan mata biru".
Berkali-kali mencoba taklukan ombak
yang terjangannya tak pernah diam
agar tak ada lagi harga yang tergadaikan
oleh tangan tangan kotor, perusak jiwa
sebab
bahasa perempuan sejatinya tetap lembut
dalam pelita iman.


Cirebon, 8 September 2017


***


Penulis:
Neni Yulianti
Memiliki hobi menulis cerpen dan puisi.
Karya-karyanya sudah pernah dipublikasikan di media online www.wartalambar.com dan simalaba.com
Serta pernah masuk antologi nominator 47 cipta karya puisi Hikayat Secangkir Robusta 2017.


Comments

Popular posts from this blog

Install dan Mengaktifkan Bandicam Tanpa Watermark

NENI YULIANTI, PUISI DALAM KORAN CAKRA INDRAMAYU (MUNAJAT PERAWAN SUNTI, BULAN PUTIH, SEBELUM AKU PERGI)

RIRI SATRIA DALAM BUKU SATRIA SETENGAH ABAD PERJALANAN SANG POLYMATH