PUISI NENI YULIANTI

DIORAMA MIMPI

Karya Neni Yulianti

Masih hangat dalam kotak ingatan
tentang takjub yang menggantung di bias malam
saat kutemui mata biru
hangat menyentuh alam bawah sadarku.

Perlahan kutatap ia
pemuda laksana cahaya
putih susu aura tubuhnya
kelopak mengerjap tak percaya
Tuhan berkarya dengan pahatan
yang sangat menakjubkan.

Oh, angin malam
desaunya meluruh butir dingin salju
di hamparan hijau kutangkap pesona warna
serupa sayap melekat di punggungnya
dan mengalir dalam otak beribu tanya
tentang jati diri dan hikayat bintang jatuh di pangkuan
dan nadi kembali berdenyut
melesat manis di ukiran senyuman.

Biarkan kenangan indah menggelayut di punggung malam
agar tetap tersimpan pada diorama mimpi.

Cirebon, 11 Oktober 2017.

SEPOTONG KALIMAT

Masih ingatkah kau?  Puisi
sepotong kalimat bernada
yang kau kirim padaku di ujung malam itu.

Bagai hantu malam
bayangannya terus mengikuti
hingga aku lupa menghitung detak waktu
terus menggerus kenang di antara rasa  bermain hujan.

Kata kata terpungut dari sekotak harap memangku rembulan
hingga melenakan pikiran
larut dalam secangkir kopi yang kau sajikan
tetapinya
cukup memahami keadaan
sebab
Tuhanlah penentu arah jalan pulang.

Cirebon, 26 Agustus 2017.

BAHASA PEREMPUAN

Entah, berapa banyak butir noda pada cermin itu
rautnya menjelaga
meninggalkan jejak
hingga limbungkan kekata.

Terlalu pagi
sungai mengering
sebab
api yang keluar dari celah kemarau
kobarkan ilalang
asapnya mengudara
memekat di cekungan langit.

Angin Gunung yang dulu berembus
memberi sampan untuk berdayung
tawarkan sejuta harap pada anak-anak Puisi
perlahan sejukan irama hati
namun purnama kesekian
kabarnya mengabut
sesatkan mata angin.

Biarkan saja!
Pisau waktu merobek lembaran kenang
Di sini, aku tetap menanam harap pada Tuhan
"Air mata perempuan dan kekuatan"
rasa dituangkan di pasir, beranda, atau pintu hati
dan berkata pada bebatuan
" Teduhkan dan pertemukan dengan mata biru".

Berkali-kali mencoba taklukan ombak
yang terjangannya tak pernah diam
agar tak ada lagi harga yang tergadaikan
oleh tangan tangan kotor, perusak jiwa
sebab
bahasa perempuan sejatinya tetap lembut
dalam pelita iman.

Cirebon, 8 September 2017.

MEMBUNGKUS RINDU

Sebutir rindu yang lindap di punggung malam
telah kubungkus indah dalam helai doa
yang terus kukulum dengan derai air mata.

Ada sejuta harap bermukim di dada
dentamnya memukul jantung
mengusik keheningan
larut dalam secangkir kenang.

Ya, ya di sini bermukim segala rasa
resah berkecamuk
diaduk dalam ketidakberdayaan
bagai malam kehilangan rembulan
agar diam diam nadi yang berdenyut
alirannya tetap tenang
dan kembali menuju ke sungai pertemuan.

Cirebon, 19 Agustus 2017.

KEPADAMU PENGUKIR DEALOVA

Masihkah kau ingat nada itu?
Ketika purnama menyapa naluriku di antara biji biji gerimis di tanah basah
membelah malam dengan rasa yang larut pada secangkir rindu, Dealova.

Perlahan dengan manis kau hentakkan geletar rasa
di ujung senja, kau tawarkan sampan untuk berdayung dan menghias kencana berenda melati
sungguh, aromanya mencurup di setiap pembuluh
hingga hidupkan nadi, euforia cinta.

Walau tubuh bercerai dari dua pulau yang berbeda
sepucuk senyum Perempuan Pesisir masih dapat dipetik pada tangkai kenang
dengan manis hantarkan sinyal yang mengalir dari hulu menuju sungai pertemuan
berbicara pada angin dan bebatuan merintih
sejatinya mata biru tetap berlabuh di lautan teduh, Pengukir Dealova.

Kembali menghela napas, mendamaikan lagi resah yang hinggap di haluan
kadang derapnya memukul jantung
terekam jelas raut pesona cahaya di selat Malaka
menghubungkan jembatan dua hati, berpagut romansa.

Ya, bening embun membasahi sekujur daun
redupkan gejolak yang bergemuruh di lingkup dada
biarkan cinta tumbuh di musim musim
agar jarak bukanlah lagi pembatas sebuah rasa di antara kita.

Cirebon, 13 Oktober 2017.

Penulis : Neni Yulianti tinggal di kota Cirebon, kerya-karyanya pernah dipublikasikan di media online wartalambar.com dan simalaba.com dan pernah masuk 47 Nominator Krakatau Award Dinas Pariwisata Provinsi Lampung.

Comments

Popular posts from this blog

Install dan Mengaktifkan Bandicam Tanpa Watermark

NENI YULIANTI, PUISI DALAM KORAN CAKRA INDRAMAYU (MUNAJAT PERAWAN SUNTI, BULAN PUTIH, SEBELUM AKU PERGI)

RIRI SATRIA DALAM BUKU SATRIA SETENGAH ABAD PERJALANAN SANG POLYMATH