Postingan

ARAKUNDOE DALAM PUISI PILO POLY

Gambar
ARAKUNDOE ALBUM PUISI PILO POLY YANG KAYA DENGAN SEJARAH DAN BUDAYA INDONESIA, SERTA ROMANTISME TERHADAP TUHAN DAN MANUSIA. Oleh Neni Yulianti (Cirebon) Membaca puisi Arakundoe dalam album puisi Pilo Poly sangat membuat saya tertarik dengan melihat judulnya yang unik "Arakundoe", saya lantas googling apa itu Arakundoe yang memang saya sendiri masih awam dengan judul tersebut. Ternyata Arakundoe adalah sebuah peristiwa pembantaian sipil yang dilakukan oleh aparat keamanan yang terjadi pada tanggal 4 Februari 1999 di Idi Cut, Aceh, Indonesia yang telah menewaskan 7 orang dan melukai ratusan orang lainnya dan jenazah korban tersebut telah diceburkan di sungai yang bernama Arakundoe. ARAKUNDOE Yang tak berhenti, adalah bunyi suara malam di Arakundoe. Malam keluar dari dirinya sendiri, ingin Menjelma menjadi yang lain, yang mampu menenangkan Betapa risaunya magrib menyambut kengerian Sungai-sungai juga buru-buru keluar dari ceruk lumpur, tempat aduh dan deraja...

NENI YULIANTI PUISI FAJAR CIREBON 23 MARET 2018 (Garam di Matanya)

Gambar
PUISI NENI YULIANTI FAJAR CIREBON, 23 MARET 2018 GARAM DI MATANYA Karya Neni Yulianti Ia menumbuk garam di matanya di sudut dapur menggenggam sekepul asap lalu diluruhkan sejuta bunga api yang lindap  rumput liar pun terbakar dan daun kaca pun bergetar Ia melihat dari dua sisi  tentang matahari yang tercelup  atau sekumpulan diorama bercengkerama  pada lontaran usang ini hanyalah angin yang berderit sekedar lolongan di bawah langit Ia mengunyah mimpi dengan aroma legam di tubuhnya Kini, pisau waktu lamat-lamat mengiris hari dengan ranah tak bernada Ya, di balik pintu itu Ia tetap menumbuk garam di matanya.  Cirebon, 31 Maret 2018. Akun Social Media Neni Yulianti: https://linktr.ee/NeniYulianti

NENI YULIANTI PUISI FAJAR CIREBON 2 MARET 2019 PEREMPUAN HUJAN MERINDUKAN BULAN

Gambar
Puisi Neni Yulianti di Fajar Cirebon tahun 2019. Akun Social Media Neni Yulianti: https://linktr.ee/NeniYulianti

PUISI NENI YULIANTI

DIORAMA MIMPI Karya Neni Yulianti Masih hangat dalam kotak ingatan tentang takjub yang menggantung di bias malam saat kutemui mata biru hangat menyentuh alam bawah sadarku. Perlahan kutatap ia pemuda laksana cahaya putih susu aura tubuhnya kelopak mengerjap tak percaya Tuhan berkarya dengan pahatan yang sangat menakjubkan. Oh, angin malam desaunya meluruh butir dingin salju di hamparan hijau kutangkap pesona warna serupa sayap melekat di punggungnya dan mengalir dalam otak beribu tanya tentang jati diri dan hikayat bintang jatuh di pangkuan dan nadi kembali berdenyut melesat manis di ukiran senyuman. Biarkan kenangan indah menggelayut di punggung malam agar tetap tersimpan pada diorama mimpi. Cirebon, 11 Oktober 2017. SEPOTONG KALIMAT Masih ingatkah kau?  Puisi sepotong kalimat bernada yang kau kirim padaku di ujung malam itu. Bagai hantu malam bayangannya terus mengikuti hingga aku lupa menghitung detak waktu terus menggerus kenang di antara rasa...

Cinta Lama Kembali Bersemi

Oleh Neni Yulianti Kuperhatikan sejak dua hari yang lalu, suamiku terus memperhatikan laptopnya sembari terukir berkali-kali senyuman di bibirnya. "Mas, ada apa sih di laptop? Dipantengin mulu." Aku bertanya kesal dengan Mas Iwan. "Ndak ada apa-apa sayang, bantu Mas belikan pulsa  dua puluh ribu di warung belakang rumah." *** Malam harinya. Diriku terbangun dan langsung beranjak dari tempat tidurku, mencari sosok suamiku yang hilang dari tempat tidur. "Hallo bagaimana kabarmu di Lampung. Arsih?" Terdengar sayup-sayup suara Mas Iwan perlahan membuat diriku tambah penasaran. "Telepon dari siapa sih Mas? kok malam-malam telepon?" Suaraku membuat kaget Mas Iwan. "Ndak.. Anu, Itu.. Bos telepon ada tugas laporan yang harus diselesaikan besok pagi. Hayuk tidur lagi Rita sayang, Mas capek nih butuh istirahat buat persiapan besok kerja." Mas Iwan menjawab pertanyaanku dengan terbata-bata. Aku pun manut mengikuti Mas Iwan k...

REVITALISASI PENGHARGAAN TERHADAP PERBEDAAN

REVITALISASI PENGHARGAAN TERHADAP PERBEDAAN POTRET NEGERI Ada sejuta harap lindap di kelopak, saat menatap potret negeri. Yang mengalir dalam tubuhnya sebuah sungai pembatas, penuh warna terpecah. Dan meninggalkan lembaran hitam putih pada batang nasionalisme, perlahan mengelupas kulitnya disengat matahari. Mungkin kita akan pilu, saat akar-akar serabut rapuh. Segala rindu pada pohon rimbun, yang di bawahnya  hidup beribu suku dan beratus etnik tersebar di pagar barisan zamrud khatulistiwa. Oh, Indonesia Raya. Kembali menghela nafas, saat ormas anarkis sibuk bergerilya dari lorong-lorong sempit. Dengan jaket kebanggan dilumuri darah, dan insting thanatos yang mengakar di balik bukit egosentris. Mencurup dari satu tubuh ke tubuh lainnya, hingga redupkan denyut nadi,  menggigil tubuh dipercik perih kemarau. Dan biji-biji gerimis bermain di sekujur dada,  saat sebuah harga tergadaikan. Mengganyang keanekaragaman, ditelan perbedaan kaum plural dan anti plural. Saling pec...

BAHASA PEREMPUAN

Oleh Neni Yulianti Entah, berapa banyak butir noda pada cermin itu rautnya menjelaga meninggalkan jejak hingga limbungkan kekata. Terlalu pagi sungai mengering sebab api yang keluar dari celah kemarau kobarkan ilalang asapnya mengudara memekat di cekungan langit. Angin Gunung yang dulu berembus memberi sampan untuk berdayung tawarkan sejuta harap pada anak-anak Puisi perlahan sejukan irama hati namun purnama kesekian kabarnya mengabut sesatkan mata angin. Biarkan saja! Pisau waktu merobek lembaran kenang Di sini, aku tetap menanam harap pada Tuhan "Air mata perempuan dan kekuatan" rasa dituangkan di pasir, beranda, atau pintu hati dan berkata pada bebatuan " Teduhkan dan pertemukan dengan mata biru". Berkali-kali mencoba taklukan ombak yang terjangannya tak pernah diam agar tak ada lagi harga yang tergadaikan oleh tangan tangan kotor, perusak jiwa sebab bahasa perempuan sejatinya tetap lembut dalam pelita iman. Cirebon...